Jahiliyah Modern: Ketika Dunia Kembali Buta oleh Kekuasaan, Harta, dan Syahwat
Di balik gemerlap lampu kota, gedung pencakar langit, dan kemajuan teknologi, dunia hari ini perlahan — atau mungkin dengan cepat — meluncur kembali ke dalam lubang kegelapan yang dahulu pernah disebut: zaman jahiliyah.
Zaman di mana manusia menuhankan kekuasaan, mengejar harta tanpa batas, dan menjadikan wanita sebagai objek hiburan. Bedanya, kini semua itu dibungkus dalam kemasan modern: politik elegan, bisnis raksasa, dan dunia hiburan yang gemerlap.
Kekuasaan yang Diperebutkan dengan Cara Jahat
Jika di masa lalu kekuasaan direbut dengan pedang dan kuda perang, hari ini direbut dengan politik kotor, pencitraan palsu, dan korupsi yang sistemik. Rakyat menjadi pion. Kebenaran dibungkam dengan uang. Yang jujur dipojokkan, yang licik diberi panggung.
Di negeri-negeri yang mengaku demokrasi, suara rakyat dibeli. Janji ditebar saat kampanye, lalu dilupakan saat duduk di kursi empuk. Inilah wajah jahiliyah modern, yang mengenakan jas mahal tapi hatinya serendah tanah.
Harta yang Dirampas dengan Rapi
Riba, manipulasi, pungutan liar, mark-up anggaran, proyek fiktif — semua ini terjadi di depan mata. Bahkan kadang, dilakukan oleh orang yang setiap Jumat duduk di saf depan masjid.
Keserakahan telah menjadi agama baru. Tidak lagi malu memakan yang bukan haknya. Tidak gentar pada ancaman neraka. Dunia dijadikan surga, meski harus menjadikan orang kecil sebagai korban.
Wanita Dijual dengan Nama yang Halus
Jika zaman jahiliyah dulu anak perempuan dikubur hidup-hidup, kini tubuh wanita 'dikubur' dalam bilik karaoke, hotel, aplikasi, dan panggung hiburan.
Wanita tak lagi diperlakukan sebagai pribadi mulia, tapi sebagai komoditas. LC, BO, open BO, PSK, SPG... Semua nama yang dimodernisasi agar tampak legal, padahal ruhnya tetap sama: eksploitasi.
Yang lebih menyedihkan, sebagian masyarakat justru mengagumi gaya hidup ini. Bahkan menjadikannya sebagai cita-cita.
Seringkali yang memilih hidup lurus justru dianggap aneh. Yang tidak mau suap dianggap sok suci. Yang menjaga pandangan disebut sok alim.
Padahal, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
"Islam bermula dalam keadaan asing, dan akan kembali asing seperti semula. Maka beruntunglah orang-orang yang asing." (HR. Muslim)
Kita mungkin hanya setitik kecil di tengah lautan kebobrokan zaman, tapi setitik itulah yang akan bercahaya di akhirat nanti.
Akhirnya, Dunia Ini Memang Menyilaukan
Dunia ini fana. Gemerlapnya hanya fatamorgana. Kemenangan yang sejati bukan di panggung dunia, tapi di mahkamah akhirat.
Jika kamu merasa sendiri menjaga kebenaran, jangan menyerah. Mungkin kamu adalah bagian dari "al-ghuraba"—yang asing di dunia, tapi mulia di sisi Allah.
"Ya Allah, jangan Engkau jadikan dunia sebagai tujuan utama kami, dan jangan Engkau jadikan ilmu kami hanya untuk mengejar dunia."
Tulisan ini adalah pengingat untuk diriku sendiri. Bahwa ketika dunia menyilaukan, aku harus kembali ke cahaya yang tak pernah padam: iman kepada Allah, dan harapan akan keadilan-Nya yang sejati.
Gambar-gambar ilustrasi dalam artikel ini berasal dari Freepik. Terima kasih untuk para kreator visual yang telah berbagi karya secara bebas.
Comments
Post a Comment