Posts

Showing posts from July, 2025

Jahiliyah Modern: Ketika Dunia Kembali Buta oleh Kekuasaan, Harta, dan Syahwat

Image
Di balik gemerlap lampu kota, gedung pencakar langit, dan kemajuan teknologi, dunia hari ini perlahan — atau mungkin dengan cepat — meluncur kembali ke dalam lubang kegelapan yang dahulu pernah disebut: zaman jahiliyah . Zaman di mana manusia menuhankan kekuasaan, mengejar harta tanpa batas, dan menjadikan wanita sebagai objek hiburan. Bedanya, kini semua itu dibungkus dalam kemasan modern: politik elegan, bisnis raksasa, dan dunia hiburan yang gemerlap. Kekuasaan yang Diperebutkan dengan Cara Jahat Jika di masa lalu kekuasaan direbut dengan pedang dan kuda perang, hari ini direbut dengan politik kotor, pencitraan palsu, dan korupsi yang sistemik . Rakyat menjadi pion. Kebenaran dibungkam dengan uang. Yang jujur dipojokkan, yang licik diberi panggung. Di negeri-negeri yang mengaku demokrasi, suara rakyat dibeli. Janji ditebar saat kampanye, lalu dilupakan saat duduk di kursi empuk. Inilah wajah jahiliyah modern , yang mengenakan jas mahal tapi hatinya serendah tanah. Harta yang Dirampa...

Di Balik Kursi Kekuasaan

 Di singgasana mereka duduk tenang, dengan lidah manis dan senyum terang. Janji-janji dilukis di langit harapan, namun jejaknya tenggelam di lumpur kepalsuan. Katanya tak ingin berkuasa, tapi langkahnya menuju tahta. Katanya hanya rakyat di hati, tapi kekuasaan dipeluk hingga mati. Ijazah dipertanyakan, tapi yang dijawab hanyalah diam dan pengalihan. Yang bertanya disebut pengganggu, yang bersuara dicap pembenci tanpa ragu. Di pasar kata dan pasar suara, segala bisa dibeli: berita, opini, bahkan suara. Kebenaran dikemas dalam amplop, dan keadilan dikebiri oleh protokol dan mikrofon. Tapi kami tahu, dulu pun Firaun pernah mengaku tuhan, Qarun pernah membuat bumi tunduk oleh harta, namun mereka tenggelam dalam sejarah yang hina. Karena dunia ini hanya panggung sementara, dan setiap aktor akan ditarik tirainya. Kelak, bukan kampanye yang ditimbang, tapi kejujuran. Bukan suara terbanyak yang menang, tapi nurani yang tidak berkhianat. Dan kami — rakyat yang kamu remehkan — masih ...

30 Tahun: Refleksi, Luka, dan Langkah Baru

  “Waktu tak pernah benar-benar berhenti, tapi ada saatnya kita perlu diam untuk mendengar suara hati.” Tiga puluh tahun. Angka yang sederhana, tapi di dalamnya terkandung perjalanan yang tak bisa diringkas dalam satu kalimat. Di usia ini, aku mulai memahami bahwa hidup bukan hanya tentang seberapa cepat kita berlari, tapi seberapa dalam kita mengerti arah langkah kita. Aku pernah mencoba banyak hal. Dari pekerjaan serabutan yang penting cukup buat makan, sampai amanah yang mengajarkan arti tanggung jawab lebih besar. Setiap peran datang dengan tantangannya sendiri, dan jujur saja—tak semuanya terasa mulus atau menyenangkan. Ada masa-masa ketika hidup terasa berat. Aku kehilangan ibu di usia yang belum siap. Sejak itu, banyak hal terasa berubah. Ada adik yang harus ikut kuat meski mungkin tak pernah benar-benar mengerti apa yang sedang kami jalani. Aku mencoba berdiri tegak, tapi aku tahu—ada bagian dari diriku yang tertinggal di masa lalu. Tapi waktu terus berjalan. Dan aku be...